Twitter Facebook Youtube Instagram

Inspira Pustaka Aksara

Make your own history

Sal
Inspira
Inspira Pustaka Aksara 71 Views

Pukul Sepuluh Malam

Penulis: Dela Arisandy (Bengkulu)

Kembaranku Lilia, kami hanya terpaut 3 jam. Saat itu aku memilih masuk ke sekolah asrama, tiap akhir pekan aku diizinkan untuk pulang  bertemu Bunda dan Lilia. Sedangkan Lilia ia lebih memilih masuk ke Sekolah Negeri. Di suatu minggu siang,Lilia dan aku ingin pergi bermain ke sebuah taman di pusat kota,ketika kami ingin menuju ke taman itu, kami menghentikan sebuah bus. Lilia lalu menemukan sebuah buku dilantai tepat di bawah tempat duduk kami. Buku itu sangat usang, bahkan bentuknya sudah kelihatan sedikit rusak.Lilia mencoba mengecek buku itu dengan membolak-balikannya. Namun,tidak ada sesuatu yang menurutnya penting. Akhirnya Lilia meletakkan buku itu kembali pada tempatnya. Tidak lama bus yang kami tumpangi berhenti dan Lilia turun duluan menyisakan aku dan buku itu. Entah dorongan darimana aku merasa ingin memiliki buku itu,lalu aku mengambil dan memasukkannya kedalam tas dengan cepat. Kemudian aku berlari menyusul Lilia yang sudah asyik bermain ditaman.

Jam tanganku menunjukkan pukul lima sore dan kami memutuskan untuk pulang. Ketika kami tiba dirumah,rumah kami kosong. Ada sebuah catatan kecil di meja dapur dari bunda yang memberitahu kami agar menjaga diri sementara ia pergi mengunjungi nenek kami diluar kota beberapa minggu. Aku lalu membuka tas mengambil buku itu dan mulai memeriksa apa yang ada didalamnya. Di halaman pertama aku menemukan sebuah tulisan kecil yang sudah tampak usang. "Apa yang kau lakukan?" Lilia tiba-tiba duduk disampingku. "Apa kau bisa membacanya,Lilia?" tanyaku. "Aku tidak yakin,tulisannya sangat buram,tapi kalau yang ini aku yakin!" Lilia menunjuk tulisan di ujung bagian bawah buku itu. "Apa?" tanyaku lagi. "Lanjutkan!a-da ban-yak," Lilia menghentikan ucapannya ,kemudian ia melanjutkannya kembali " Hal menyenangkan disini," tangannya bergerak membuka halaman berikutnya, ada teka­-teki silang berjumlah  sepuluh soal. Aku mulai membaca soal dibaris pertama dan mengisinya kemudian dilanjutkan dengan Lilia di baris kedua hingga seterusnya, sampai selesai. Aku baru saja ingin membuka lembar berikutnya namun dihentikan dengan tangan Lilia. "Ini sudah pukul sepuluh malam, sebaiknya kita istirahat," Ujar Lilia

Malam itu, aku melihat Lilia tiba-tiba turun dari ranjangnya dan berlari ke arah kamar mandi. Tak lama kemudian aku mendengar suara "buk buk buk"  cukup keras, terdengar seperti suara orang membenturkan kepalanya.

Aku tersentak bangun, "Mimpi ternyata" Ucapku menghela napas panjang selanjutnya aku melirik jam diatas nakas pukul 01.00, itu artinya sudah tiga jam aku tertidur.              

"buk buk buk" suara itu. Aku langsung melihat ke arah ranjang Lilia dan...kosong.  Aku lalu turun dari ranjang dan melihat apakah dia baik-baik saja, aku menemukannya sudah tertunduk di wastafel dengan satu tangan memegangi sisi kepalanya. Dia menangis.      

 "Lilia! Apa yang terjadi?" tanyaku panik                                                                                  

"Kenapa kau membenturkan kepalamu ke wastafel?" aku terus bertanya namun Lilia tidak menjawab dan hanya pergi berlalu melewatiku. Aku mengikutinya dari belakang  ada yang aneh, Lilia memakai jam tangan pemberian bunda, yang tidak pernah ia pakai sebelumnya.

Pukul 4 pagi dan untuk kedua kalinya, aku kembali terbangun karna mendengar suara"buk buk buk" itu. Suara Lilia mebenturkan kepalanya ke wastafel. Karna sudah sangat khawatir aku akhirnya kembali menyusul Lilia ke kamar mandi dan menghampirinya. "Astaga, Lilia. Kepalamu  berdarah!" Teriakku histeris ketika melihat kepala Lilia sudah berlumuran darah. Aku membawanya ke kamar kami kemudian mengambil kotak P3K dan mengobati luka dikepalanya. Lilia hanya diam terpaku pada jam tangan yang melingkar dilengan kirinya.

Keesokan paginya, Lilia tidak ingin pergi kesekolah. Dia bilang kepalanya pusing. Dia ingin aku mengantarkan surat izinnya sebelum berangkat ke asrama. Akhirnya aku pun pergi setelah berpamitan dan memastikan bahwa gadis itu menghabiskan bubur yang aku buat. Dalam hati aku ingin sekali bertanya kepada Lilia apa yang terjadi tadi malam sehinggad ia menyakiti dirinya. Tapi  melihat kondisinya membuatku mengurungkan niat.

Aku melewatkan sisa minggu itu diasrama. Aku terus mengirim sebuah pesan singkat kepada Lilia sekedar  menanyakan bagaimana keadaannya, tapi dia tidak pernah membalas pesanku.  Minggu berikutnya ketika aku pulang kerumah, aku menemukan rumah dalam keadaan gelap sama seperti terakhir aku meninggalkannya seminggu yang lalu. Ada bau busuk yang sangat menyengat . Tercium seperti daging yang membusuk. "Lilia, dimana kau? Kenapa rumah kita sangat busuk!?" Aku berteriak. Sambil menghidupkan lampu. Ketika aku pergi ke kamar, aku terkejut karena Lilia tiba-tiba muncul dari dalam kamar.  "Lilia, apa kau bisa sekali saja tidak mengagetkanku?" Titahku kesal. Lilia tidak menjawab  "Dan ini, bau apa? Seperti bau daging yang membusuk." Ujarku  lagi                                                                                    

"Bau itu dari tempat pembuangan sampah di sebelah rumah"                                                  

"Aku dengar, ada rumah di ujung jalan yang memasmi tikus-tikus dirumahnya dan mereka membuang bangkai tikus-tikus itu ke sebelah" Tutur Lilia                                                      

"Lalu, mengapa petugas kebersihan tidak membersihkannya?" Tanyaku                                

"Entalah, mungkin besok pagi" Balasnya                                                                                  

"Baiklah, biarkan jendela-jendela tertutup rapat agar bau busuk itu tidak masuk kerumah"

Malam itu, kami makan bersama di meja makan. Hening, tanpa ada satu pun diantara kami bersuara hanya terdengar  dentingan sendok yang beradu dengan piring memenuhi ruang itu. Setelah makan malam berakhir. Aku langsung berpamitan pada Lilia untuk pergi tidur duluan. Sementara gadis itu membereskan meja makan terlebih dahulu.

Paginya, aku bersiap untuk pergi kembali ke asrama sedangkan Lilia ia masih asyik bergelung diatas ranjangnya "Lilia, apa kau tak mau berangkat kesekolah?" Tanyaku sembari memasang dasi. "Sepertinya tidak, kepalaku masih terasa pusing" Ucapnya                          "Ya sudah, aku pergi dulu. Jangan lupa makan, badanmu terlihat kurus."

Setelah hampir seminggu aku tidak pernah mendengar kabar dari Lilia, aku terus mengirim pesan. Namun dia tidak penah membalasnya. Dan  pada akhir pekan, aku bersiap  pulang kerumah. Aku menghentikan sebuah bus. Tiba-tiba telepon genggamku berdering, aku menemukan sebuah pesan singkat. Itu dari bunda. Apa bunda sudah pulang, ya?- batinku

Ketika aku membukanya, aku tidak percaya apa yang  kubaca. "Sayang, pulanglah segera, saudarimu meninggal." Aku benar­-benar shok hingga telponku terjatuh ke lantai bus. Kepalaku terasa amat pusing. Bus yang aku tumpangi akhirnya berhenti. Dengan langkah gontai aku menuruni bus itu dan dapat aku lihat ada banyak orang yang  berkumpul disana tak lupa setangkai bendera kuning terikat dipagar rumahku. Di teras rumah bunda menangis histeris. "Bunda...apa yang terjadi?!" Tanyaku dan kemudian bunda langsung  memelukku erat. "Lilia sudah meninggal. Dia tewas dua minggu yang lalu. Bunda menemukan mayatnya membusuk di kamar mandi dengan darah berceceran dimana-mana. Apa kau tidak pulang selama akhir pekan?" badanku langsung menegang bersamaan dengan bulu kudukku yang berdiri.

 Dia meninggal dua minggu yang lalu. Lalu siapa yang tidur bersamaku waktu itu?                                                                                                                             

Siapa yang memasak makanan untukku?

Aku melihat sekeliling dan mendapati tetangga kami yang rumahnya berada diujung jalan. Aku berjalan menghampirinya, "Permisi Bi, apa seminggu yang lalu bibi membasmi tikus dan mebuang bangkainya ke pembuangan sampah disebelah?" Tanyaku                                         

"Tentu saja tidak, dirumah bibi banyak kucing, nak." Jawabnya. Dan benar apa yang aku pikirkan,  itu bukan bau bangkai tikus melainkan bau tubuh Lilia yang membusuk.

Aku dan bunda sangat sedih atas kematian Lilia yang tiba-tiba. Tidak seorang pun yang tahu kenapa Lilia membenturkan kepalanya hingga tewas. Polisi masih menyelidikinya dan menduga-duga. Tapi ada satu hal yang aku curigai ada kaitannya dengan kematian Lilia. Masih ingat dengan tulisan dibuku itu yang aku dan Lilia tidak bisa membacanya...ya. Aku membawa buku itu kesekolah dan meminta semua teman-temanku untuk mencoba membacanya.

Menurut beberapa temanku, inilah isi tulisan itu;                                                                 

1. Jangan pernah mengisi teka-teki itu berdua, sesuatu yang mengerikan akan terjadi tiga jam setelahnya.                                                                                                                                  

2. Ingat! Sesuatu yang mengerikan akan menimpa pemain kedua.                                          

3. Peraturan yang paling penting. Jangan sudahi permainan tepat pada pukul sepuluh malam.

Dan perlu kalian tau buku itu memiliki tulisan yang sama disetiap lembar halamannya.

***

Dela Arisandy,

Tercatat sebagai siswi SMAN7 Kota Bengkulu. Saat ini tinggal di Bengkulu.